suasana matahari terbit di Kathmandu
Lama tak berbaring menatap bumbung
Sekali pandang, tampak begitu janggal bentuknya
Lama juga tak mengalun zikir
Sekali ucap, begitu hambar bunyinya
Wahai jantung yang sedang sakit
Wahai jejari yang masih menari
kegelapan kian memenuhi ruang
merubah manis menjadi tawar
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHH5W6BugnKOz3oqkXf9UCuvJduIoAWlCvL5Pvzcm9p12RgqYudX0dAnMngEcCk0L8e9ScCcbrHDwa48zziJfhBgzbO-_MkfrxAIeXBDfriECfZQzQiZ8D-8tTPOosOZYHgk90WSftufm0/s320/IMG_4190.JPG)
malam yang sejuk di kaki gunung
Lama tak berbaring menatap bumbung
Sekali pandang, tampak begitu janggal bentuknya
Lama juga tak mengalun zikir
Sekali ucap, begitu hambar bunyinya
Wahai jantung yang sedang sakit
Wahai jejari yang masih menari
kegelapan kian memenuhi ruang
merubah manis menjadi tawar
malam yang sejuk di kaki gunung
Hari ni kamu bertuah
gelap yang datang menjadi sekutu
ia tidak sekadar hilangkan cahaya
ia tutup juga aib dan dosa
esok lusa
antara gelap dan cahaya
antara kamu dan saya
entah siapa yang dipanggil dulu
alam pergi dengan petanda yang besar
kita pergi tak kira; kecil dan besar
gelap yang datang menjadi sekutu
ia tidak sekadar hilangkan cahaya
ia tutup juga aib dan dosa
esok lusa
antara gelap dan cahaya
antara kamu dan saya
entah siapa yang dipanggil dulu
alam pergi dengan petanda yang besar
kita pergi tak kira; kecil dan besar
-Abu Azhan al-Habibi
No comments:
Post a Comment