Tuesday, 11 August 2009
pungguk rindukan bulan
Aku dari kalangan pungguk yang terbuang.
Terbang sendiri meredahi awan.
Selari merentasi angkasa biru nan luas.
Pungguk lain sudah jauh melepasi.
Di wajah mereka terselit suka.
Mereka mengibarkan sayap ke puncak bahagia.
Bulan igauan mereka,
sudi menemani perjalanan.
Aku ketinggalan di dahan ini
reput dan kulat bisa bersatu.
Menjadi asam garam
penyambung nurani luhur.
Selama ini aku berteduh
di bawah rimbunan cinta usang
di atas sarang bertitipkan
himpunan rumput-rumput sayu.
Memori duka semalam masih
tegar dalam ingatan.
Aku dengan tiba-tiba
menjadi pemuisi
lantas seraya merayu:
Bulan jelitawan lagi rupawan
munculkan dirimu
usah biar diri ini merindu
Bulan penyantun bagaikan penyair
bicarakan kata rindu
romantis idamanku
Bulan pemanis ibarat madu
marilah bersama daku
menemani perjalanan ini selamanya
Bulan itu tidak berperasaan
Jauh benar untuk ketawa suka
Jauh pula untuk membenci rindu
Aku rupanya perasan sendiri.
Di saat bulan belum menjelma
aku hanya bisa bertenggek.
Biar apa yang terjadi
aku tetap setia menanti.
-tanpanama-
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment