Tuesday, 10 August 2010

kekaseh yang setia..

Di desa Hulu Langat, sebuah desa yang berada di barat Semenanjung, tinggallah seorang pencari yang kelak berangan menjadi pencinta. Itulah diri ini. Desa tempat aku tinggal adalah sebuah desa terpencil di kaki gunung yang hijau, tempat itu, seolah-olah dekat dengan awan dan selalu diselimuti kabut.

Di sebelah timur desa, ada lembah yang indah. Di sana, terdapat kebun durian, manggis, cempedak, duku, langsat dan juga sayur-sayuran. Bila hujan turun, maka mengalirlah sungai yang ada di bawahnya, sehingga terdengarlah gemercik air seiring dengan sunyinya aktiviti penghuni desa. Bila terjadi banjir, dan orang ramai mendengar gemuroh air turun dari gunung, mereka hanya berdiam diri di tempat tidur mereka.


hari ini berkat kemurnian desa, hujan turun mengiringi Ramadhan. Ramadhan dan hujan antara kekasehku yang istimewa. Mereka kekaseh yang baik lagi mengerti, buktinya mereka selalu datang tanpa perlu didatangi. api kerinduan ini sudah lama membara tak menyala. Pada kalian kumohon kehangatan lalu dengan senyum semekar mampu, tangan kudepangkan lebar-lebar tanda redha. Selebar senyuman bunga saat dikunjungi pagi. Ya, kerana pagi adalah cinta si bunga.

Bertemu denganmu Ramadhan dan hujan, mengingatkanku akan kekaseh lain yang belum tiba lagi detik pertemuannya. Juga pada kekaseh yang pertemuan dengannya kini jadi mimpi yang ngeri..

Aku cintakan Allah dan Rasulnya. Aku cintakan syurga. Aku cintakan bidadari di dalamnya. Aku cintakan buku, dan aku mencintai kalian. Aku cintakan semua yang bisa mencambah kebaikan! Kalian bukti cinta tuhan. Tak salah kan untuk aku mencintai hadiah dari zat yang paling layak untuk dicintai. Aku mahu mengubah kesilapan yang lalu. Aku pernah diberi banyak benda. Aku tak hargainya sehinggalah aku kehilangan. Ia hilang dalam ada. Di depan ia tunduk membisu, di belakang ia rancak menari gembira. Hilang yang begitu, sangat menyeksakan. Justeru, bila kalian datang, aku bahagia


Suasana pagi di desa ini begitu indah. Desa ini bersama rumah-rumahnya yang rapat dan tersusun seolah-olah berbaris menyambut mentari yang bersinar. Cahaya mentari itu terus menerobos ke penjuru desa itu laksana seorang Marilyn Madeline Midoh(seorang gadis Kadazan yang mempunyai rambut yang cantik) yang melepas ikatan rambutnya dan menguraikannya di atas bahu. Aduh, kenapa dia yang mendapat nama!

Desa Hulu langat sememangnya mirip apa yang pernah dilukiskan oleh Abu Thayyib Al-Mutanabbi dalam bait-bait syairnya:

“suatu malam, gadis itu melepas tiga ikatan rambutnya. Di kegelapan malam, aku lihat seolah gadis itu mempunyai empat ikatan rambut yang hitam dan indah. Kemudian, dia menghadap kearah bulan purnama dan tiba-tiba aku melihat seolah-olah ada dua purnama yang sedang bersinar.”



Desa ini begitu semerbak. Begitu indah baunya dihiasi dengan bunga-bungaan yang harum. Desa ini ibarat taman dari sutera hijau, terlebih di musim semi. Setiap pagi, apa yang terdengar hanyalah suara merpati, nyanyian burung, irama tuwwu, dan siulan bulbul(belatuk).

Malam paling indah di desa ini adalah ketika kita tidur dalam keadaan sihat, aman dan tenteram. Sambil mendengar rintik-rintik hujan, turunnya salju dan embun, serta suara-suara titisan hujan di atas bumbung rumah. Keesokkannya, setelah hujan reda kita akan terbangun dan melihat jalan-jalan menjadi anak sungai dan lembah pun berubah menjadi sungai yang besar.

-Waza-
Ekstrak drp: ‘Asyik karya aidh qarni

3 comments:

Anonymous said...

Pernah suatu hari Hatim al-A'sham disoal, ''Tidakkah kamu menginginkan sesuatu ?'' Maka dijawabnya, ''Saya ingin selalu sihat dr pagi hingga malam.'' Ditanya lagi, ''Bukankah kamu selama sharian sihat?'' Lalu dijawabnya, ''Sihat mnurutku adalah tidak melakukan dosa dr pagi hingga malam.''

**madeline? apa kaitannya ye?

-asrar-

Anonymous said...

xde kaitan pon!skdar seorg cikgu y comel tmpat ambe ngajo..

waza

Anonymous said...

jawapan lipat balik.

skema jawapan: kaitannya adelah seorg cg y comel tmpat demo ngaja.

wah. -speechless-

slmt maju jaya =)